ZMedia Purwodadi

Suyar dan Susan Menatap 2018, Dari Pilkada Hingga Perihal Putus Cinta

Table of Contents



Dua minggu berselang, kita semua telah menapaki tahun 2018, tahun dimana beberapa momentum akbar akan diselenggarakan kembali di negara yang kita cintai ini, salah satunya ialah Pilkada Serentak 2018. Adalah momentum pesta demokrasi rakyat dan sekaligus menjadi panggung pentas drama politik yang akan dibawakan oleh beberapa grup-grup politik dengan lakon-lakonya yang sudah disiapkan.

Tak terkecuali juga di Banyumas, perhelatan pesta rakyat itu juga akan dilaksanakan. Beberapa nama pasangan calon bupati dan wakil bupati jauh-jauh hari sudah banyak bermunculan, poster dan baliho sejak pertengahan tahun 2017 sudah banyak terpasang, di pinggir jalan, di perempatan, hingga di pohon rambutan dekat gang sempit masuk pedesaan.

Mungkin, karena namanya juga pesta rakyat, sehingga dari kalangan rakyat paling pelosok terpencil pun akan ikut merayakannya, walaupun mereka sendiri kadang tak paham dengan situasi pestanya, bahkan tak jarang juga hanya dimanfaatkan tenaga dan suaranya tanpa peduli atau mungkin sengaja tak dipedulikan dengan hal-hal yang lebih besar oleh para lakon-lakon politik yang sedang mereka tonton dan ikuti.

Sebagai seorang remaja yang kini mulai beranjak dewasa, mulai mengerti apa itu cinta, mulai kenal dengan yang namanya wanita, dan mulai bisa memahami kehidupan yang banyak dengan kepalsuan, dari soal politik, kebudayaan, hoax dan segala macam bentuk polesan make up  mempercantik kulit untuk menyembunyikan segala macam kebusukan didalamnya.

Suyar tumbuh dan berkembang layaknya remaja pada umumnya, ia mempunyai pacar bernama Susan, seorang mahasiswi semester akhir sebuah perguruan tingi islam di kotanya. Hubungan antara kedua remaja itu sudah terjalin lumayan lama, sekitar dua tahunan lebih dua bulan tepatnya.

Meski mereka berdua berpacaran, tapi mereka terlihat seperti tidak berpacaran, mereka berdua jarang mengumbar kemesraan di dunia nyata ataupun di dunia maya, bahkan mereka sering terlihat berdebat jika sedang membahas sesuatu yang entah itu ada hubungannya dengan mereka atau tidak.

Sore itu, Suyar dan Susan terlihat duduk berdua dibawa sebuah pohon jambe. Selepas menyantap mie ayam, mereka berdua tak memutuskan untuk langsung langsung pulang, mereka ingin sejenak menikmati senjakala, melihat matahari pulang ke peraduanya, menikmati cahaya kuning keemasan yang katanya pernah dipotong separo oleh seorang pemuda, lalu dimasukkan kedalam amplop dan dikirim lewat pos sebagai tanda cinta untuk pacarnya.

"Sudah tahun 2018 ya," Ucap Susan membuka perbincangan.

"Iya, bisa jadi itu menjadi ini tahun yang panas di kota kecil kita," Jawab Suyar pelan sambil menghisap rokoknya.

Susan memang bukan wanita biasa, ia merupakan aktivitas mahasiswa di kampusnya, sering mengikuti demo menentang kebijakan pemda, terlibat diskusi kebudayaan dan lain sebagainya, walaupun kadang nurani nya berontak dengan apa yang dia lakukan, tetapi Susan tetaplah Susan, wanita cerdas yang dengan singap langsung paham dengan jawaban pacarnya itu.

"Jagan sok tau mas, bisa juga kan adem ayam saja," Kata Susan menampik.

"Hmmm ya semoga, tidak sampai akar rumput yang merasakannya lah, sehingga wong-wong cilik seperti kita tidak terkena dampaknya,"

"Bagaimana jika kita nanti berbeda pilihan?" Tanya Susan serius

"Sudah biasa lah, tapi jangan bahas itu dulu, karena masih terlau dini untuk menentukan siapa memilih siapa,"

"Di koran-koran dan media online sudah banyak yang memberitakan, bahwa akan terjadi terjadi head to head,"

"Berarti kalau bukan memilih dia, ya memilih dia lagi,"

"Ada satu pilihan lagi?"

"Apa?"

"Golput,"

"Hahahahahahaha,"

Kedua remaja yang sedang memadu cinta itu tertawa, suaranya melengking menembus senjakala. Namun, lambat laun tawa mereka hilang ditelan gelapnya malam.



(Bersambung)